Ada
beberapa kesalahan dalam mengelola keuangan yang kerap terjadi pada
pebisnis pemula. Jika bisnis sudah mulai menapaki kesuksesan banyak yang
terjebak pada kesalahan-kesalahan kelola keuangan. Yang pada akhirnya
justru menjadikan gagalnya bisnis yang semestinya tidak perlu terjadi.
Kesalahan mengelola keuangan tersebut terkadang tidak disadari oleh
pebisnis pemula. Karena itu kita perlu jeli dalam mengenai
kesalahan-kesalahan mengelola keuangan.
Setidaknya
ada enam kesalahan mengelola keuangan yang banyak dilakukan pebisnis
pemula. Hal ini dikemukakan Eric Johnson, senior client strategist di
Signature, firma manajemen kekayaan yang berbasis di Norfolk, Virginia,
Amerika Serikat.
Kesalahan-kesalahan mengelola keuangan dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Over investasi
Banyak
pebisnis pemula menghabiskan dana untuk investasi yang tidak perlu, demi
alasan prestise misalnya. Alih-alih meningkatkan produktivitas justru
akan menghaiskan modal dan tabungan. Solusinya adalah gunakan setiap
uang yang dimiliki untuk menciptakan produk yang baik, dan tunjukkan
kepada pengguna.
2. Tidak menggaji diri sendiri
Pemilik
bisnis muda cenderung menanamkan semua sumber daya ke dalam bisnis tanpa
mengeluarkan uang sepeser pun. Sulit jika bisnis harus membiayai
kehidupan pribadi Anda. Seperti karyawan yang lain, berikan gaji
secukupnya untuk Anda sendiri untuk memastikan keuangan pribadi Anda
tetap sehat dan terpisah dari bisnis. Namun, jangan mentang-mentang Anda
pemilik bisnis ini lantas memberi gaji tinggi untuk Anda. Anda harus
menyediakan cukup banyak dana untuk bisnis Anda supaya tetap dapat
beroperasi dalam masa-masa sulit.
3. Tidak mempertimbangkan kemungkinan terburuk
Kalangan
muda sering berpikir bahwa mereka sangat berpotensi dan tak mungkin
gagal. Akan tetapi, siapa pun bisa gagal, dan Anda perlu membuat rencana
setelah memprediksi kemungkinan terburuk.
Buat
sebuah rencana pengganti dan beberapa bentuk asuransi untuk mendukung
bisnis ketika Anda tak mampu menjalankannya. Jika Anda mempunyai rekanan
dan bisnis Anda tidak mudah dijual, Eric Johnson menyarankan untuk
membuat suatu perjanjian jual-beli. Perjanjian ini mengatur apa yang
terjadi jika salah satu pemilik bisnis meninggal, dan biasanya mencakup
komponen asuransi yang menyediakan dana apabila sewaktu-waktu terjadi
sesuatu pada pemilik bisnis.
4. Mencampur aset bisnis dan pribadi
Entah itu menjamin pinjaman secara pribadi atau meminta orangtua Anda membeli rumah
kedua, meningkatkan aset pribadi untuk tujuan bisnis tidak akan baik
bagi kondisi keuangan pribadi. Mengapa demikian? Bayangkan, ketika
bisnis Anda menurun, para kreditor bisa saja mengejar aset pribadi Anda.
5. Menggunakan kartu kredit pribadi untuk tujuan bisnis
Akan
sangat berisiko jika Anda bergantung pada kartu kredit pribadi untuk
membiayai usaha ketika bank tidak bersedia memberikan dana untuk Anda.
Anda bisa saja tergoda untuk men-charge hal-hal yang tidak seharusnya
pada kartu kredit pribadi. Mencampur tagihan bisnis dan pribadi bisa
menimbulkan kekacauan organisasi. Jika bisnis Anda diaudit, Anda tentu
harus menyediakan catatan pengeluaran bisnis paling tidak tiga tahun ke
belakang. Mampukah Anda menyediakannya? Sudah pasti tidak. Jadi,
sebaiknya Anda membuat kartu kredit khusus untuk urusan bisnis, dan
hanya digunakan untuk pengeluaran bisnis yang penting.
6. “Merampok” kas perusahaan
Ketika
berhasil melakukan penjualan yang hebat dalam dua atau tiga bulan,
pengusaha muda biasanya akan menjadi kelewat percaya diri, begitu
menurut Mayabb. Pengusaha yang belum berpengalaman kemudian akan mulai
menghabiskan arus kas perusahaan tanpa pandang bulu. Ambil contoh,
ketika membutuhkan mobil operasional, mereka akan membeli mobil-mobil
terbaik (dalam arti dengan merek terbaik dan harga yang lebih mahal),
lalu menyadari bahwa pada beberapa bulan berikutnya ternyata tidak
terjadi penjualan yang berarti.
(bn/dari berbagai sumber)
sumber : http://www.ciputraentrepreneurship.com/amankan-bisnis.html?start=27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar