Proses terjadinya komunikasi
Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan Dalam proses komunikasi teori
akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui
penulisan ini pejelasan tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat.
Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara tidak langsung dalam
bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah
perkembangan dari beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi
komunikasi, perindustrian dan politik dunia. Teknologi komunikasi
contohnya radio, televisi, telefon, setelit, rangkaian komputer telah
menghasilkan ide untuk mengetahui apakah kesan perkembangan teknologi
komunikasi terhadap individu, masyarakat dan penduduk disebuah negara.
Perkembangan politik dunia, memperlihatkah bagaimana kesan politik
terhadap publik sehingga menimbulkan propaganda
dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian seperti
perminyakan dan perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang
berkesan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas agar mencapai
maksud atau tujuan organisasi tersebut. Aspek kedua ialah dari sudut
kajian di mana para pelajar berminat untuk mengkaji bidang-bidang yang
berkaitan dengan komunikasi seperti mereka yang dari bidang psikologi
sosial mengkaji penggunaan teknologi baru terhadap kesan tayangan
animasi kepada anak-anak , propaganda dan dinamik kelompok. penjelasan
atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang mampu
mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya
kajian awal penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20
tertuju kepada memenuhi keinginan sektor pemasaran untuk mengetahui
komunikasi dengan lebih dekat setelah pengiklanan menunjukan
kepentingannya. Oleh karena itu, bidang komunikasi mengambil langkah dan
maju kedepan setelah berlakunya pengembangan dari sudut teknologi
komunikasi, perindustrian dan politik dunia serta kajian-kajian yang
telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi bidang pengkajian
yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang
menjadi asas kepada bidang komunikasi ialah bidang-bidang sains sosial seperti sosiologi, pendidikan, psikologi sosial, pengurusan, antropologi dan psikologi.
Teori-Teori Komunikasi
1. Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa
yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel
klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan
sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says
what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to
whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori
ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek
media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini
dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan
efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek
media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup
menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus
informasi dan menentukan pendapat umum.
3. Teori Informasi atau Matematis
Salah
satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori
komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis.
Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan
Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of
Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena
mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi
pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media
komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses
yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan
menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak
pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah
komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku
atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara
tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi
tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu,
mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama
psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan
komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang
setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika
Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang
berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon.
Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada
semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana
menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara
sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang
dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar belakang
keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam
penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang
terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau
makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada
berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi
Teori
informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal
yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini
sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang
mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi
informasi.
4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip
Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di
dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang
disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam
kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media
ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa
yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang
bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy
(sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang
dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda
dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa
sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda
tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori
ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra
Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications,
pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan.
Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan
sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu
relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial
yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses
and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung
kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi
kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari
proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak
tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber
ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan
sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak
dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan
mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan
sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi
sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap
khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset
eksperimen, survey dan riset etnografi.
Riset Eksperimen
Riset
eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek
media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun
penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka
statistik secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi
dengan membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam
kondisi yang berbeda.
Riset eksperimen yang paling berpengaruh
dilakukan oleh Albert Bandura dan rekan-rekannya di Stanford University
pada tahun 1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh
tayangan sebuah film pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi anak-anak
tersebut ke dalam tiga kelompok dan menyediakan boneka Bobo Doll,
sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di setiap ruangan. Kelompok
pertama melihat tayangan yang berisi adegan kekerasan berulang-ulang,
kelompok kedua hanya melihat sebentar dan kelompok ketiga tidak melihat
sama sekali.
Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung
lebih agresif dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo
Doll dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan
bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.
Kelemahan
metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian,
karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul
pertanyaan mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam
kehidupan nyata (generalizability). Kelemahan ini kemudian sering
diusahan untuk diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa
mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal sebagai
ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).
Survey
Metode
survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk
dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik.
Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil
riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih
representatif dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat
mengungkap lebih banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti
larangan untuk menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan
faktor agama. Hal ini akan diperjelas dengan contoh berikut.
Riset Ethnografi
Riset
etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara
lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari
antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh
(holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama
dalam aplikasi penelitian.
6. Teori Agenda Setting
Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah
bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu
akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang
dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini
media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena
asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap
dan pendapat.
7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori
ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976),
yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur
kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat
dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem
informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara,
perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu
dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut
dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,
agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/
penjelasan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan,
pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau
menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku
dermawan.
8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz
(1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif
untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna
media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media
berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi
kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk
memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan
teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam
interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra
individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur
media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5)
persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6)
berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang
menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola
perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang
dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra
individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan
berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
9. Teori The Spiral of Silence
Teori
the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth
Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya
pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum
ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi
massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang
pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam
masyarakat.
10. Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan
awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas
realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966,
The social construction of reality. A Treatise in the sociology of
knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang
sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas
realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini
terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan
realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif,
subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
11. Teori Difusi Inovasi
Teori
difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para
koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai
penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari
penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi.
Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam
kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan
dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari
ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar
dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu
lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada
realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan
sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu
inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka
berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten
(Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
12. Teori Kultivasi
Program
penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural
komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti
ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua
orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang
dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari
kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang
relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah.
Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan
yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang
turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan
televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan
informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi
heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang
diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan
simbolis umum.
Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation
(kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen
penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam
kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner,
dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat
yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan
pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui
dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/02/teori-teori-komunikasi.html